Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

Sokim
● online
Sokim
● online
Halo, perkenalkan saya Sokim
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Uncategorized » Nekat Menghapal Al QUR’AN
Nekat Menghapal Al QUR’AN
Nekat Menghapal Al QUR’AN
Tentukan pilihan yang tersedia!
INFO HARGA
Silahkan menghubungi kontak kami untuk mendapatkan informasi harga produk ini.
Pemesanan lebih cepat! QUICK ORDER
Bagikan ke

Nekat Menghapal Al QUR’AN

Menghafal Al qur'an
Al Qur’an

Assalamu’alaikum wr.wb
Semoga kisah ini bisa bermanfaat
Sobat AgenKaosKaki

LAMARAN DITOLAK,PEMUDA INI PUN
NEKAT MENGHAFAL AL-QURAN Niat baik tidak selamanya
dianggap baik, mungkin inilah
yang dialami seorang pemuda
yang tinggal di pelosok sebuah
desa di daerah Bekasi. Daud Dzal Aidi, begitulah nama
lengkap pemuda tersebut,
seperti sebuah nama nabi yang
tercantum di dalam Al-Quran
pada surat Shad [38] ayat 17,
“Daud yang memiliki kekuatan”. Orang tua Daud bukan seorang
ulama, tapi kedua orang tuanya
cinta terhadap ulama, nama
anaknya itu pun adalah sebuah
pemberian dari seorang ajengan
yang alim dan hafizh di daerah Garut. Daud adalah seorang pemuda
yang polos, bisa dikatakan belum
banyak terinfeksi pergaulan
bebas anak muda zaman
sekarang. Daud pun tidak
terbiasa bergaul dengan lawan jenis terlalu jauh, hanya sekadar
muamalah biasa. Namun ternyata Daud memendam
perasaan terhadap seorang
wanita yang pernah ditemuinya
sekilas dalam acara seminar
remaja Islam di Jakarta, Fatimah
namanya, kebetulan Daud menjadi panitianya dan Fatimah
yang membaca ayat-ayat suci Al-
Quran. Daud terkesan dengan
suara indah dan lengkingan
ayat-ayat yang dibacakan oleh
Fatimah seakan sudah menguasai betul nagham dalam ilmu tilawah,
mulai dari bayati, shoba, hijaz
dan sebagainya. *** Singkat cerita tiga bulan
kemudian, Daud rupanya sudah
ada niat ingin melamar Fatimah,
sinyal cinta itu timbul begitu saja,
percakapan seperlunya pun
hanya melalui pesan singkat sms. “Fatimah, saya mau silaturahim
ke rumah orang tua kamu, boleh
saya minta alamat lengkapnya,
maaf jika kurang berkenan,”
setelah berpikir panjang dengan
kata-katanya akhirnya sms itu terkirim juga. “Iya kak, silakan datang saja,
rumah orang tua saya yang
bercat putih percis di dekat
gerai batik, atau tanya saja di
mana rumah Bapak Ahmad
Mubarak, insya Allah semua tahu.” Balas Fatimah dengan
perasaan penuh harap dan
cemas. Setelah mencari sana-sini
bersama kawan akrabnya, Amir,
Daud pun akhirnya sampai juga di
kediaman orang tua Fatimah di
bilangan Jakarta. Dengan sedikit
perasaan tegang karena pengalaman pertama menghadap
orang tua calon belahan jiwa
yang ingin dilamar, sebagai
sahabat Amir pun langsung
menyejukkan suasana agar Daud
tetap tenang dan santai. Masuklah mereka setelah
diizinkan oleh tuan rumahnya,
kemudian bersalaman kepada
bapak dan ibunya Fatimah,
obrolan pun dimulai dan inilah
yang terkenang. “Fatimah sudah banyak cerita
tentang kamu, ayah pun paham
kondisi kejiwaannya ketika dia
menyukai sesuatu yang
diinginkan, dan ngambeknya dia
ketika keinginannya tidak tercapai, tapi dia lebih dewasa
dari kakaknya, Aisyah.” Ujar
ayah Fatimah dengan penuh
wibawa menjelaskan tentang
tabiat dan sedikit kepribadian
anak perempuannya itu. “Iya pak, maksud kedatangan
saya pun ke sini untuk
silaturahim dan juga ada niat
ingin mengkhitbah Fatimah putri
bapak, itu pun jika belum ada
yang taqdim (mengajukan lamaran), mohon maaf bila
kurang berkenan dan terkesan
kurang sopan, jika diterima saya
akan langsung bicara ke orang
tua saya di kampung untuk
mengadakan proses khitbah secara resmi,” Daud pun
menjelaskan maksud
kedatangannya hendak melamar
Fatimah. Meski agak sedikit
gugup, namun Daud akhirnya
merasa plong. “Maaf ya Daud, ibu bukannya
tidak percaya sama kamu, ibu
cuma khawatir bagaimana nanti
kehidupan rumah tangga anak
ibu jika kamu sendiri belum
memiliki pekerjaan tetap. Sebenarnya ibu pun sudah punya
calon untuk Fatimah, putranya
kawan ibu yang kebetulan masih
satu kantor sama bapak, dia
sudah siap segalanya.” Sang ibu
langsung memotong pembicaraan karena sudah tahu di mana
keluarga Daud tinggal, yaitu di
kampung pedesaan. Daud paham dan sadar bahwa
dirinya bukanlah anak orang
berada, sebenarnya Daud pun
tidak mengetahui sebelumnya
kalau ternyata Fatimah anak
seorang pejabat yang disegani. “Iya bu, saya paham kondisi
saya sekarang, tapi saya tetap
berusaha memiliki pekerjaan
yang halal dan baik, tentunya
saya pun merasa nyaman dengan
pekerjaan itu, tidak gelisah. Saya berterima kasih kepada ibu dan
bapak karena sudah menerima
saya untuk bersilaturahim, saya
mohon maaf jika kehadiran saya
mengganggu waktu ibu dan
bapak.” Daud pun pamit kepada kedua
orang tua Fatimah, sebelum
meninggalkan rumah, ayahnya
Fatimah menghampiri Daud di
pintu gerbang rumahnya, beliau
berkata kepada Daud, “Nak, ayah sangat bangga
kepadamu atas keberanian kamu
hendak melamar Fatimah, ayah
sebenarnya setuju saja jika
kamu nantinya menjadi imam
buat Fatimah, rasanya baru kemarin ayah mengasuh dan
mendidiknya, ternyata Fatimah
sekarang sudah dewasa. Maaf ya
nak, ayah tidak tahu kalau
ternyata ibu sudah mempunyai
calon suami buat Fatimah. Kamu harus menjadi lelaki yang kuat,
tetap berikhtiar, dan tentunya
harus menyertakan Allah dalam
setiap keputusanmu, ayah
doakan kamu mendapatkan calon
istri yang terbaik.” Nasihat ayah Fatimah yang cukup
bijak. “Terima kasih pak, semoga putri
bapak juga mendapatkan calon
suami yang bisa membimbing
Fatimah dalam mahligai
pernikahan yang diridhai Allah
ta’ala.” Daud pun mencium tangan ayah
Fatimah sebagai rasa takzim
kepadanya dan langsung
berpamitan. “Kak, maafkan Fatimah dan
kedua orang tua Fatimah jika
silaturahim kakak jadi kurang
berkesan, Fatimah tidak tahu
jika ibu ingin menjodohkan
Fatimah dengan orang lain. Fatimah akan bicara ke ibu kalau
Fatimah tidak mau dijodohkan.
Kak, besok Fatimah mau kembali
ke KL, melanjutkan kuliah.
Doakan Fatimah.” Fatimah langsung mengirimkan
sms ke Daud, ia merasa sangat
khawatir jika Daud kecewa. “Tidak ada yang perlu dimaafkan
dan tidak ada yang salah, justru
saya yang mohon maaf. Ikuti saja
nasihat ibu, beliau tahu mana
yang baik untuk anaknya, jangan
mengikuti hawa nafsumu. Kakak doakan semoga perjodohan itu
bisa membuat kamu lebih fokus
dalam belajar karena sudah jelas
tujuan hidupnya.” Tutup Daud
seraya mendoakan yang terbaik
untuk Fatimah. *** Hari berganti hari, tepat pada
hari Sabtu pagi setelah shalat
subuh, terlihat Daud khusuk
mendengarkan pengajian tafsir di
sebuah masjid raya kota Bekasi
yang dipimpin ustad Abdul Hakim. Ustad Abdul Hakim adalah
seorang imam besar yang sangat
masyhur keahliaannya dalam
bidang tafsir Al-Quran, beliau
lulusan Al-Azhar Mesir, tak aneh
bila setiap ada jadwal kajian masjid selalu penuh, banyak
jamaah dari jauh yang juga
sengaja datang untuk
mendapatkan pencerahan ilmu
dan hikmah darinya. “ْﻢُﻜْﻨِﻣ ﻰَﻣﺎَﻳﻷﺍ ﺍﻮُﺤِﻜْﻧَﺃَﻭ ْﻢُﻜِﺋﺎَﻣِﺇَﻭ ْﻢُﻛِﺩﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﺤِﻟﺎَّﺼﻟﺍَﻭ
ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﻢِﻬِﻨْﻐُﻳ َﺀﺍَﺮَﻘُﻓ ﺍﻮُﻧﻮُﻜَﻳ ْﻥِﺇ
ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٌﻊِﺳﺍَﻭ ُﻪَّﻠﻟﺍَﻭ ِﻪِﻠْﻀَﻓ Ayat 32 dari surat An-Nur ini
adalah anjuran untuk menikah,
maksudnya, hendaklah laki-laki
yang belum menikah atau tidak
beristri atau wanita-wanita yang
tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat menikah. Oleh karena itu, anggapan bahwa
apabila menikah seseorang dapat
menjadi miskin karena banyak
tanggungan tidaklah benar.
Dalam ayat ini terdapat anjuran
menikah dan janji Allah akan memberikan kecukupan kepada
mereka yang menikah untuk
menjaga dirinya. Allah mengetahui siapa yang
berhak mendapat karunia agama
maupun dunia atau salah
satunya dan siapa yang tidak,
sehingga Dia berikan masing-
masingnya sesuai ilmu-Nya dan hikmah-Nya. Jika sudah siap lahir bathin,
segeralah menikah! Bagi yang belum mampu, Allah
telah menjelaskan pada ayat
setelahnya. Allah memerintahkan
kepada kita untuk menjaga
kesucian diri dan mengerjakan
sebab-sebab yang dapat menyucikan diri, seperti
mengalihkan pikiran dengan
menyibukkan diri dalam kegiatan
positif dan melakukan saran Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yaitu berpuasa.” Demikian salah satu isi kajian
ustad Abdul Hakim yang
dibawakan dengan penuh
kewibawaan dan retorika yang
lantang. Ternyata tema pembahasan
tafsir kali ini sangat menyentuh
hati dan perasaan Daud, dia
terpana dengan penggalan ayat
ini, “Jika mereka miskin, Allah
akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-
Nya”. Setelah pengajian usai, Daud pun
langsung menghampiri sang
ustad, rupanya dia ingin bicara
empat mata seraya
mencurahkan masalah dan ujian
hidup yang dialaminya agar diberikan solusi yang tepat dan
mencerahkan. Akhirnya Daud diajak ke kamar
khusus imam di lantai 2 masjid.
Dengan panjang lebar Daud
bercerita tentang semua hal
yang terjadi dalam perjalanan
hidupnya, tak terasa air mata Daud pun berlinang. “Mas Daud, kita tidak memiliki
kemampuan untuk mengubah
masa lalu dan tidak mampu
menggambarkan masa depan
dengan gambaran yang kita
kehendaki, lalu mengapa kita bunuh diri sendiri dengan
bersedih atas apa yang kita tak
mampu mengubahnya??!! Bersabarlah dengan skenario
Allah yang indah.” Banyak kata-kata hikmah yang
keluar dari lisan keikhlasan sang
ustad, akhirnya Daud bertekad
ingin bangkit kembali, bangun
dari tidur yang panjang. Ada satu azzam Daud yang
sungguh luar biasa, yaitu ingin
mengkhatamkan hafalan Al-Quran
30 juz dan memohon kepada
ustad Abdul Hakim untuk
mendengarkan hafalannya sampai tuntas, karena hatinya
bergetar ketika sang ustad
menyarankan untuk menghafal
Al-Quran, sebab Al-Quran
merupakan obat dari berbagai
macam penyakit. Air mata Daud pun langsung
terurai menetes ketika ustad
Abdul Hakim membacakan sebuah
hadis keutamaan seorang
penghafal Al-Quran yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, “Dari Buraidah al-Aslami Ra., ia
berkata bahwasanya ia
mendengar Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Pada hari kiamat
nanti, Al-Quran akan menemui
penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al-
Quran akan berwujud seseorang
dan ia bertanya kepada
penghafalnya, ‘Apakah Anda
mengenalku?’ Penghafal tadi
menjawab, ‘Saya tidak mengenal kamu.’ Al-Quran berkata, ‘Saya
adalah kawanmu, Al-Quran yang
membuatmu kehausan di tengah
hari yang panas dan membuatmu
tidak tidur pada malam hari.
Sesungguhnya, setiap pedagang akan mendapat keuntungan di
belakang dagangannya dan kamu
pada hari ini di belakang semua
dagangan.’ Maka, penghafal Al-
Quran tadi diberi kekuasaan di
tangan kanannnya dan diberi kekekalan di tangan kirinya,
serta di atas kepalanya dipasang
mahkota perkasa. Sedang kedua
orang tuanya diberi dua pakaian
baru lagi bagus yang harganya
tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia keseluruhannya.
Kedua orang tua itu lalu
bertanya, ‘Kenapa kami diberi
pakaian begini?’ Kemudian
dijawab, ‘Karena anakmu hafal
Al-Quran.’ Kemudian, kepada penghafal Al-Quran tadi
diperintahkan, ‘Bacalah dan
naiklah ke tingkat-tingkat surga
dan kamar-kamarnya.’ Maka, ia
pun terus naik selagi ia tetap
membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).” *** Setelah melewati masa-masa sulit
dalam menghafal Al-Quran,
alhamdulillah akhirnya Daud
dapat mengkhatamkan hafalan
Al-Quran dalam kurun waktu
kurang lebih satu tahun. Ustad Abdul Hakim merasa
bangga dan terharu atas
kegigihan dan kesungguhan
Daud, ustad Abdul Hakim pun
memberikan sanad hafalannya ke
Daud dan berpesan kepada Daud yang dikutip dalam sebuah hadis
diriwayatkan oleh imam Bukhari, “Jagalah Al-Quran, demi Yang
jiwaku berada di tangan-Nya, Al-
Quran itu lebih cepat lepas dari
pada seekor onta dari
ikatannya.” Sungguh nasihat
yang penuh makna. Setelah itu giliran Daud yang
ingin diajak bicara empat mata
oleh ustad Abdul Hakim, rupanya
ada satu hal penting lagi yang
ingin disampaikan sang ustad
berkaitan dengan jodoh. “Mas Daud, maaf jika ini
menyinggung perasaan mas Daud.
Ada orang tua yang datang
kepada saya, kebetulan masih
jamaah saya juga, namanya
bapak Abdullah, seorang pemimpin perusahaan elektronik
di Jakarta, Ph.d lulusan Amerika,
dia memiliki 3 putri cantik, dia
ingin minta dicarikan calon suami
untuk anaknya, kriterianya
hanya bisa membimbing putrinya dalam hal agama, menjadi imam
yang baik buat putrinya.”
Dengan penuh kehati-hatian
ustad Abdul Hakim
menyampaikannya, tapi tetap
dengan kekhasan senyuman di wajahnya yang bersinar. “Sebelumnya saya berterima
kasih karena ustad sudah
menyampaikan hal itu, tapi saya
mohon maaf, bukan saya
menolak, tapi saya takut tidak
bisa mengikuti keinginan yang biasa keluarga dia lakukan,
karena saya terbiasa hidup
sederhana dan memang dari
keluarga sederhana.” Jawab
Daud juga dengan rona wajah
takut mengecewakan perasaan guru ngajinya itu. “Ya sudah, sekarang kamu
istikharah, jangan lupa hal ini
diberitahu ke orang tuamu di
kampung.” Demikian nasihat
Ustad Abdul Hakim kepada Daud. “Insya Allah, ustad.” Tutup Daud. *** Pucuk dicinta, ulam pun tiba.
Akhirnya Daud pun menemukan
belahan jiwanya, putri bungsu
bapak Abdullah, Nourhan
Abdullah. Putri bungsu yang
manja dan ceria, lulusan Psikologi Universitas Indonesia, itulah
bidadari surga yang dipersunting
Daud menjadi istrinya. Kini hidup Daud penuh
keberkahan, dia memimpin
sebuah pesantren tahfizh
modern di Bogor, yang juga
mempelajari sains dan iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi). Pesantren Al-Quran dan
Teknologi Fakhruddin Ar-Razi,
Daud mengambil berkah dari
nama seorang ulama yang
sangat terkenal dan sangat
berpengaruh pada masanya itu. Ia menguasai berbagai disiplin
keilmuan baik di bidang ilmu-ilmu
sosial maupun bidang ilmu-ilmu
alam (eksakta). Ar-Razi juga
seorang sastrawan, penyair, ahli
fiqh, ahli tafsir, ahli hikmah, ahli ilmu kalam, seorang dokter medis
dan sebagainya. Sehingga tidak
diragukan lagi banyak para
ilmuwan yang belajar kepada
beliau baik para ilmuwan dalam
negeri maupun para ilmuwan luar negeri. ***
Salah satu pelajaran yang bisa
dipetik dari kisah di atas adalah,
“Kalau datang kepadamu
seorang laki-laki yang kamu
sukai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah. Kalau tidak, maka
akan terjadi fitnah dan
kerusakan besar di muka bumi.”
Demikian pesan nabi Muhammad
Saw. kepada para orang tua,
khususnya yang memiliki putri yang belum menikah. Sangat wajar bila para orang
tua memiliki kekhawatiran
terhadap nasib anak-anak
mereka di masa mendatang,
khususnya anak perempuan.
Namun Rasulullah Saw. telah memberikan petunjuk dalam
memilihkan jodoh untuk anak
perempuan. Kuncinya ada dua:
agama dan akhlak, karena
agama tanpa akhlak akan cacat,
sedangkan akhlak tanpa agama percuma

Nekat Menghapal Al QUR’AN

Berat 250 gram
Kondisi Baru
Dilihat 529 kali
Diskusi Belum ada komentar

Belum ada komentar, buka diskusi dengan komentar Anda.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Produk Terkait

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: